Minggu, 29 November 2015

Lukisan : Gunung Emas (Achmad Sadali - 1980)

Title : "Gunung Emas"

Artist : Achmad Sadali
Year : 1980
Cat minyak, kayu, kanvas.
Ukuran : 80 x 80 cm.
Analisis unsur
Garis
Garis pada lukisan milik Achmad sadali ini memiliki dimensi yang memanjang (mengerucut) menyerupai bentuk gunung yang dimana memiliki sifat horizontal dan memiliki kesan simbolik (Tanda segitiga), konstruksi piramida memberikan citra tentang relijiusitas
Bidang
Unsur ini merupakan perkembangan dari penampilan garis, yakni perpaduan antara garis-garis dalam kondisi tertentu. Berdasarkan bentuknya, bidang terdiri dari bidang biomorfis, geometris, bersudut, dan tak beraturan. Bidang terbentuk dari pertemuan ujung-ujung garis atau juga karena sapuan warna. Bidang pada lukisan gunung emas  yakni mengambarkan bentuk segitiga/ piramid.
Bentuk
Bentuk merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata. Bentuk dapat berarti shape, yakni bentuk benda polos yang muncul tanpa penjiwaan atau hadir secara kebetulan, dapat dilihat hanya sekedar penyebutan sifatnya saja seperti :ornamental, bulat, panjang, tidak teratur, persegi dan lain sebagainya. Pada lukisan gunung emas ini memiliki bentuk segitiga. Dan bentuk plastis atau dalam bahasa inggrisnya form yang berarti bentuk benda yang dapat dilihat dan dirasakan karena memiliki unsur nilai dari benda tersebut yaitu benbentuk gunung.
Tekstur
Tekstur ialah sifat permukaan pada setiap benda yang bisa dilihat juga diraba. Dimana sifatnya terkesan halus, kusam, kasar, licin, mengkilap, dan lainnya. Yang mana tekstur pada lukisan gunung emas ini yaitu halus dan kasar.  Sifat tersebut bisa dirasakan melalui indera pengelihatan dan juga rabaan. Tekstur terbagi dua yakni tekstur nyata dimana sifat permukaannya menunjukkan kesan yang sebenarnya dan tekstur semu (maya), dimana kesan permukaannya dapat berbeda-beda antara pengelihatan dan rabaan. Tekstur berfungsi untuk memberikan karakter tertentu pada bagian bidang permukaan yang bisa menimbulkan nilai-nilai estetik. Seperti halnya tekstur yang terdapat pada kebanyakan gunung, jika dilihat dari jarak jauh gunung tersebut memiliki tekstur halus dan apabila dilihat dari jarak dekat maka teksturnya gunung akan terlihat kasar.
Warna
Warna pada lukisan gunung emas milik Achmad Sadali ini hanya memiliki warna dominan abu-abu tua, hijau, kuning, dan coklat.
Gelap Terang
pada lukisan gunung emas ini tidak memiliki gelap terang, namun terdapat gradasi tipis pada warna abu-abu.
Ruang atau kedalaman
Unsur ruang pada karya seni dua dimensi terutama lukisan gunung emas ini  bersifat semu / maya karena didapat melalui penggambaran yang terkesan cekung, pipih, menjorok, datar, cembung, dan sebagainya.

Analisis prinsip

·    Kesatuan (unity)
      Kesatuan adalah pertautan bagian-bagian dalam sebuah karya seni rupa. Warna-warna berat, noktah dan lubang, serta guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada citra misteri, arkhaik, dan kefanaan. Tanda segitiga, konstruksi piramida memberikan citra tentang relijiusitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan guratan-guratan kaligrafi Alquran dapat memancarkan spiritualitas Islami. Unsur-unsur tersebut saling menunjang satu sama lain dalam komposisi yang bagus dan serasi. Untuk menyusun satu kesatuan setiap unsur tidak harus sama dan seragam, tetapi unsur-unsur dapat berbeda atau bervariasi sehingga menjadi susunan yang memiliki kesatuan.

·     Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah kesan yang didapat dari suatu susunan yang diatur sedemikian rupa sehingga terdapat daya tarik yang sama pada tiap-tiap sisi susunan. Keseimbangan pada lukisan gunung emas milik Achmad Sadali ini terdapat pada bagian atas yang banyak terdapat warna hijau, coklat dan sedikikit kuning dan abu-abu tua sedangkan bagian bawah terdapat bentuk segitiga yang kaki segitiganya terkesan besar dan berat dengan sedikit warna hijau , coklat, coklat tua, putih dan dominan abu-abu tua memberikan keseimbangan  yang baik.

·    Keselarasan (harmony)
Keselarasan adalah hubungan kedekatan unsur-unsur yang berbeda baik bentuk maupun warna untuk menciptakan keselarasan. Keselarasan disini yakni warna hijau, kuning  dan coklat

·    Irama (rhytm)
Irama adalah pengulangan satu atau beberapa unsur secara teratur dan terus-menerus. Susunan atau perulangan dari unsur-unsur rupa yang diatur, berupa susunan garis, susunan bentuk atau susunan variasi warna. Perulangan unsur yang bentuk dan peletakannya sama akan terasa statis, sedangkan susunan yang diletakkan bervariasi pada ukuran, warna, tekstur, dan jarak akan mendapatkan susunan dengan irama yang harmonis. Susunan pada lkisan gunung emas ini berulang pada segitiganya saja yang terbagi menjadi empat (persegi di bagi empat)

·    Komposisi
Komposisi pada lukisan gunung emas milik Achmad Sadali ini memiliki unsur garis horizontal (mengerucut layaknya gunung), bidang, bnetuk, tekstur, warna, gelap terang dan ruang dengan mengorganisasikannya sehingga menjadi susunan yang bagus, teratur, dan serasi.

      Pusat Perhatian (Center of Interes)
      Pusat yaitu berpusat pada emas diujung gunungnya.

Intepretasi
Lukisan Achmad Sadali, “Gunungan Emas” (1980) ini, merupakan salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian nilai relijiusitasnya. Sebagai pelukis abstrak murni, Sadali memang telah lepas dari representasi bentuk-bentuk alam. Namun demikian, dalam bahasa visual semua bentuk yang dihadirkan seniman dapat dibaca dengan berbagai tingkatan penafsiran. Dalam usia peradaban yang ada, manusia telah terbangun bawah sadarnya oleh tanda-tanda yang secara universal bisa membangkitkan spirit tertentu. Warna-warna berat, noktah dan lubang, serta guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada citra misteri, arkhaik, dan kefanaan. Tanda segitiga, konstruksi piramida memberikan citra tentang relijiusitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan guratan-guratan kaligrafi Alquran dapat memancarkan spiritualitas Islami. Semua tanda-tanda tersebut hadir dalam lukisan-lukisan Sadali, sehingga ekspresi yang muncul adalah kristalisasi perenungan tentang nilai-nilai relijius, misteri, dan kefanaan.
Pembacaan tekstual ikonografis itu, telah sampai pada interpretasi imaji dan pemaknaan bentuk. Namun demikian, karena Sadali selalu menghindar dengan konsep eksplisit dalam mendeskripsikan proses kreatifnya, maka untuk menggali makna simbolis karya-karyanya perlu dirujuk pandangan hidupnya. Sebagai pelukis dengan penghayatan muslim yang kuat, menurut pengakuannya renungan kretivitas dalam melukis sejalan dengan penghayatan pada surat Ali Imron (190-191) dalam Alquran. Ia disadarkan bahwa sebenarnya manusia dianugerahi tiga potensi, yaitu kemampuan berzikir, berfikir, dan beriman untuk menuju ‘manusia ideal dan paripurna’ (Ulul-albab). Menurut Sadali, daerah seni adalah daerah zikir. Makin canggih kemampuan zikir manusia, makin peka mata batinnya. Dalam lukisan “Gunungan Emas” ini dapat dilihat bagaimana Sadali melakukan zikir, mencurahkan kepekaan mata batinnya dengan elemen-elemen visual.
Evaluasi
Karya Sadali menunjukan beberapa prinsip berkarya yang hingga kini dikenal sebagai proses abstraksi. Proses ini meliputi tiga jejak-jejak visual yang khas meliputi penampakan jejak dan efek visual sapuan cat yang bersifat ekspresif,   proses penyederhanaan bentuk yang secara visual bisa dikenali sebagai suatu pola perencanaan struktur bidang dan bentuk,  serta permainan warna dan bidang warna yang cenderung menghasilkan efek kedalaman ruang-warna. Efek permainan bidang-bidang warna inilah yang disebut sebagai lirisisme. Lirisisme “merupakan ungkapan emosi dan perasaan pelukis dalam mengalami dunia. Sebuah lukisan menjadi bidang ekspresi, tempat seorang pelukis seakan-akan ‘memproyeksikan’ emosi dan getaran perasaannya, merekam kehidupan jiwanya. Lukisan ini masuk dalam kategori bagus, bagus dalam konsep, penvisualisasiannya juga sangat simpel dan mendalam akan simbol, namun susah dalam pemaknaan bagi orang awam yang melihatnya.