Lukisan
: Gunung Emas (Achmad Sadali - 1980)
Title : "Gunung
Emas"
Year : 1980
Cat minyak, kayu, kanvas.
Ukuran : 80 x 80 cm.
Analisis
unsur
Garis
Garis pada lukisan milik Achmad sadali ini memiliki
dimensi yang memanjang (mengerucut) menyerupai bentuk gunung yang dimana
memiliki sifat horizontal dan memiliki kesan simbolik (Tanda segitiga),
konstruksi piramida memberikan citra tentang relijiusitas
Bidang
Unsur ini merupakan perkembangan dari penampilan garis, yakni perpaduan antara garis-garis dalam kondisi tertentu. Berdasarkan bentuknya, bidang terdiri dari bidang biomorfis, geometris, bersudut, dan tak beraturan. Bidang terbentuk dari pertemuan ujung-ujung garis atau juga karena sapuan warna. Bidang pada lukisan gunung emas yakni mengambarkan bentuk segitiga/ piramid.
Unsur ini merupakan perkembangan dari penampilan garis, yakni perpaduan antara garis-garis dalam kondisi tertentu. Berdasarkan bentuknya, bidang terdiri dari bidang biomorfis, geometris, bersudut, dan tak beraturan. Bidang terbentuk dari pertemuan ujung-ujung garis atau juga karena sapuan warna. Bidang pada lukisan gunung emas yakni mengambarkan bentuk segitiga/ piramid.
Bentuk
Bentuk
merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata. Bentuk dapat berarti shape,
yakni bentuk benda polos yang muncul tanpa penjiwaan atau hadir secara
kebetulan, dapat dilihat hanya sekedar penyebutan sifatnya saja seperti
:ornamental, bulat, panjang, tidak teratur, persegi dan lain sebagainya. Pada
lukisan gunung emas ini memiliki bentuk segitiga. Dan bentuk plastis atau
dalam bahasa inggrisnya form yang berarti bentuk benda yang dapat dilihat dan
dirasakan karena memiliki unsur nilai dari benda tersebut yaitu benbentuk
gunung.
Tekstur
Tekstur ialah sifat permukaan pada setiap benda yang
bisa dilihat juga diraba. Dimana sifatnya terkesan halus, kusam, kasar, licin,
mengkilap, dan lainnya. Yang mana tekstur pada lukisan gunung emas ini yaitu
halus dan kasar. Sifat tersebut bisa
dirasakan melalui indera pengelihatan dan juga rabaan. Tekstur terbagi dua
yakni tekstur nyata dimana
sifat permukaannya menunjukkan kesan yang sebenarnya dan tekstur semu (maya), dimana
kesan permukaannya dapat berbeda-beda antara pengelihatan dan rabaan. Tekstur
berfungsi untuk memberikan karakter tertentu pada bagian bidang permukaan
yang bisa menimbulkan nilai-nilai estetik. Seperti halnya tekstur yang terdapat
pada kebanyakan gunung, jika dilihat dari jarak jauh gunung tersebut memiliki
tekstur halus dan apabila dilihat dari jarak dekat maka teksturnya gunung akan
terlihat kasar.
Warna
Warna pada lukisan gunung emas milik Achmad Sadali ini
hanya memiliki warna dominan abu-abu tua, hijau, kuning, dan coklat.
Gelap Terang
pada lukisan gunung emas ini tidak memiliki gelap terang, namun terdapat gradasi tipis pada warna abu-abu.
pada lukisan gunung emas ini tidak memiliki gelap terang, namun terdapat gradasi tipis pada warna abu-abu.
Ruang atau kedalaman
Unsur ruang pada karya seni dua dimensi terutama lukisan gunung emas ini bersifat semu / maya karena didapat melalui penggambaran yang terkesan cekung, pipih, menjorok, datar, cembung, dan sebagainya.
Unsur ruang pada karya seni dua dimensi terutama lukisan gunung emas ini bersifat semu / maya karena didapat melalui penggambaran yang terkesan cekung, pipih, menjorok, datar, cembung, dan sebagainya.
Analisis prinsip
· Kesatuan
(unity)
Kesatuan adalah pertautan bagian-bagian
dalam sebuah karya seni rupa. Warna-warna berat, noktah dan lubang, serta
guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada citra misteri, arkhaik, dan
kefanaan. Tanda segitiga, konstruksi piramida memberikan citra tentang
relijiusitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan guratan-guratan kaligrafi
Alquran dapat memancarkan spiritualitas Islami. Unsur-unsur tersebut saling
menunjang satu sama lain dalam komposisi yang bagus dan serasi. Untuk menyusun satu kesatuan
setiap unsur tidak harus sama dan seragam, tetapi unsur-unsur dapat berbeda
atau bervariasi sehingga menjadi susunan yang memiliki kesatuan.
· Keseimbangan
(balance)
Keseimbangan adalah kesan yang
didapat dari suatu susunan yang diatur sedemikian rupa sehingga terdapat daya tarik
yang sama pada tiap-tiap sisi susunan. Keseimbangan pada lukisan gunung emas
milik Achmad Sadali ini terdapat pada bagian atas yang banyak terdapat warna
hijau, coklat dan sedikikit kuning dan abu-abu tua sedangkan bagian bawah
terdapat bentuk segitiga yang kaki segitiganya terkesan besar dan berat dengan
sedikit warna hijau , coklat, coklat tua, putih dan dominan abu-abu tua
memberikan keseimbangan yang baik.
· Keselarasan
(harmony)
Keselarasan adalah hubungan
kedekatan unsur-unsur yang berbeda baik bentuk maupun warna untuk menciptakan
keselarasan. Keselarasan disini yakni warna hijau, kuning dan coklat
· Irama
(rhytm)
Irama adalah pengulangan satu atau
beberapa unsur secara teratur dan terus-menerus. Susunan atau perulangan dari
unsur-unsur rupa yang diatur, berupa susunan garis, susunan bentuk atau susunan
variasi warna. Perulangan unsur yang bentuk dan peletakannya sama akan terasa
statis, sedangkan susunan yang diletakkan bervariasi pada ukuran, warna,
tekstur, dan jarak akan mendapatkan susunan dengan irama yang harmonis. Susunan
pada lkisan gunung emas ini berulang pada segitiganya saja yang terbagi menjadi
empat (persegi di bagi empat)
· Komposisi
Komposisi pada lukisan gunung emas
milik Achmad Sadali ini memiliki unsur garis horizontal (mengerucut layaknya
gunung), bidang, bnetuk, tekstur, warna, gelap terang dan ruang dengan
mengorganisasikannya sehingga menjadi susunan yang bagus, teratur, dan serasi.
Pusat
Perhatian (Center of Interes)
Pusat yaitu berpusat pada emas
diujung gunungnya.
Intepretasi
Lukisan Achmad Sadali, “Gunungan Emas” (1980) ini,
merupakan salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian nilai relijiusitasnya.
Sebagai pelukis abstrak murni, Sadali memang telah lepas dari representasi bentuk-bentuk
alam. Namun demikian, dalam bahasa visual semua bentuk yang dihadirkan seniman
dapat dibaca dengan berbagai tingkatan penafsiran. Dalam usia peradaban yang
ada, manusia telah terbangun bawah sadarnya oleh tanda-tanda yang secara
universal bisa membangkitkan spirit tertentu. Warna-warna berat, noktah dan
lubang, serta guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada citra misteri,
arkhaik, dan kefanaan. Tanda segitiga, konstruksi piramida memberikan citra
tentang relijiusitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan guratan-guratan
kaligrafi Alquran dapat memancarkan spiritualitas Islami. Semua tanda-tanda
tersebut hadir dalam lukisan-lukisan Sadali, sehingga ekspresi yang muncul
adalah kristalisasi perenungan tentang nilai-nilai relijius, misteri, dan
kefanaan.
Pembacaan tekstual ikonografis itu, telah sampai
pada interpretasi imaji dan pemaknaan bentuk. Namun demikian, karena Sadali
selalu menghindar dengan konsep eksplisit dalam mendeskripsikan proses
kreatifnya, maka untuk menggali makna simbolis karya-karyanya perlu dirujuk
pandangan hidupnya. Sebagai pelukis dengan penghayatan muslim yang kuat,
menurut pengakuannya renungan kretivitas dalam melukis sejalan dengan
penghayatan pada surat Ali Imron (190-191) dalam Alquran. Ia disadarkan bahwa
sebenarnya manusia dianugerahi tiga potensi, yaitu kemampuan berzikir,
berfikir, dan beriman untuk menuju ‘manusia ideal dan paripurna’ (Ulul-albab).
Menurut Sadali, daerah seni adalah daerah zikir. Makin canggih kemampuan zikir
manusia, makin peka mata batinnya. Dalam lukisan “Gunungan Emas” ini dapat
dilihat bagaimana Sadali melakukan zikir, mencurahkan kepekaan mata batinnya
dengan elemen-elemen visual.
Evaluasi
Karya Sadali menunjukan beberapa
prinsip berkarya yang hingga kini dikenal sebagai proses abstraksi.
Proses ini meliputi tiga jejak-jejak visual yang khas meliputi penampakan
jejak dan efek visual sapuan cat yang bersifat ekspresif,
proses penyederhanaan bentuk yang secara visual bisa dikenali
sebagai suatu pola perencanaan struktur bidang dan bentuk, serta
permainan warna dan bidang warna yang cenderung menghasilkan efek
kedalaman ruang-warna. Efek permainan bidang-bidang warna inilah yang disebut
sebagai lirisisme. Lirisisme
“merupakan ungkapan emosi dan perasaan pelukis dalam mengalami dunia.
Sebuah lukisan menjadi bidang ekspresi, tempat seorang pelukis seakan-akan
‘memproyeksikan’ emosi dan getaran perasaannya, merekam kehidupan jiwanya.
Lukisan ini masuk dalam kategori bagus, bagus dalam konsep, penvisualisasiannya
juga sangat simpel dan mendalam akan simbol, namun susah dalam pemaknaan bagi
orang awam yang melihatnya.